Sunday, July 18, 2010

Bukti Cinta Kepada Allah Menurut Al-Quran

Pengarang Al-Imam An-Nawawi Rahimullahu Anhu




Mencintai Allah SWT dan RasulNya adalah wajib (fardhu). Kemudian bagaimana perkara yang tidak nampak diwajibkan? Bagaimana cinta ditafsirkan dengan kepatuhan dan kepatuhan mengikuti cinta, padahal buah hasilnya dipastikan melebihi cinta. Kemudian barulah diikuti dengan mematuhi orang yang mencintai. Beberapa ayat Al-Quran yang menerangkan permasalahan cinta kepada Allah antara lain bermaksud:

" Allah mencintai mereka dan mereka pula mencintai Allah ".
(Al-Maidah:54)

" Dan orang-orang yang beriman itu sangat mencintai Allah ".
(Al-Baqarah:165)

Kedua ayat-ayat tadi menjadi dalil adanya cinta dan perbezaan tigkatannya. Rasulullah SAW sendiri menerapkan kecintaan kepada Allah menjadi syarat keimanan. Penetapan itu sebagaimana terdapat dalam berbagai riwayat Hadis.

Abu Razin al-Uqaili pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai iman: " Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan iman? Baginda menjawab: Iaitu menempatkan Allah dan RasulNya dengan kecintaan yang lebih tinggi berbanding kepada selain Allah dan RasulNya.
(Hadis Riwayat Ahmad)

Dalam Hadis lain diterangkan:

"Seseorang di antaramu tidak masuk ke dalam perkiraan beriman sehingga (ia) menempatkan Allah dan RasulNya lebih dicintai berbanding mencintai selain Allah dan RasulNya ".
(Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Anas)

Dalam riwayat Hadis lain dijelaskan:

" Seseorang tidak dikatakan beriman sehingga ia menempatkan aku ( Nabi Muhammad SAW) lebih dicintai berbanding keluarganya, hartanya dan semua manusia.
(Hadis ini kesahihannya disetujui pada Imam ahli Hadis dari Anas ra)

Bagaimanapun Allah secara tegas berfirman bermaksud:

" Katakan, jika bapa-bapa (orang tua), anak-anak, dan saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluarga-keluargamu, harta kekayaan yang kamu cari, harta kekayaan yang kamu khuatirkan kebangkrupannya dan rumah-runah kediaman yang kamu sukai, lebih kamu cintai berbanding Allah dan RasulNya dan daripada (cinta) berjihad di jalaNya. maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusanNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang Fasik ".
(At Taubah:24)

Ayat tersebut lebih tepat disebut sebagai bentuk ancaman tahdid dan penolakan terhadap orang yang lebih mendahulukan kepentingan cintanya kepada orang tua, anak, saudara,isteri ,keluarga, bahkan termasuk kekayaan dan sebagainya. Sehingga dengan kecintaan itu ia melupakan Allah dan RasulNya. Orang yang semacam ini diancam Allah akan menerima kehancuran.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya mencintai Allah. Dalam beberapa Hadis diterangkan bahawa baginda mengatakan hal itu bermaksud:

" Cintailah Allah, kerana Allah telah memberikan penghidupan kepadamu dari berbagai kenikmatanNya. Dan cintailah aku kerana Allah mencintai aku ".
(Hadis riwayat Imam At-Tarmizi dari Ibnu Abas ra)

Diriwayatkan: seseorang berkata: (Menegaskan kecintaannya) kepada Rasulullah SAW bermaksud:

" Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu! Rasulullah SAW berkata: Cuba kamu minta menjadi miskin lagi. Ia berkata: Sungguh aku mencintai Allah! Beliau menjawab: Cuba minta agar diberi cubaan kembali ".
(Hadis Riwayat Imam At-Tirmizi dari Abdullah bin Mughfal)

Riwayat dari Umar mengatakan: Nabi SAW pernah memperhatikan Mus'ab dalam posisi saling berhadap-hadapan. Masa itu Mus'ab membawa kulit kambing yang hendak dijadikan tali pinggang. Nabi SAW bersabda:

" Perhatikan ini, Allah berkenan menyinari hatinya. Aku telah membuktikan : ia rajin menyediakan makanan dan minuman paling lazat kepada kedua-dua orang tuanya Mereka mendoakan dirinya (Mus'ab) agar dicintai Allah dan Rasulnya sebagaimana yang kamu lihat ".
(Riwayat Abu Na'im)

Dalam riwayat yang cukup terkenal diterangkan: Nabi Ibrahim as berkata kepada Izrail, engkau pernah melihat seorang kekasih dicabut (nyawanya oleh) kekasihnya? Saat itu pula Allah mengirim wahyu sebagai jawapan: Engkau pernah melihat kekasih tidak suka berjumpa dengan kekasihnya ? Ibrahim as berkata: Izrail, cabutlah nyawaku sekarang juga!

Tingkatan itu sukar dijumpai secuali pada diri seseoramg yang sangat mencintai Allah dengan segenap hati. Dengan begitu dapat difahami bahawa kematian menjadi perantara untuk saling berjumpa antara kekasih dengan yang dicintai. Tidak ada kekasih yang lain hingga ia memusatkan perhatian cintanya pada kekasih itu (Allah).

Dalam doanya Nabi SAW mengatakan:

" Wahai Allah limpahkan kepadaku kekuatan mencintaiMu dan mencintai perkara-perkara yang mendekatkan diri untuk mencintaiMu.Jadikanlah rasa mencintaiMu lebih aku sukai berbanding air dan embun ".

Abu Bakar r.a. mengatakan: Barangsiapa merasakan lazatnya cinta yang murni kepada Allah, tentu perkara itu lebih menarik perhatiannya berbanding mencari harta. Dan manusia ramai akan disingkirkan.

Al-Hasan mengatakan: Barangsiapa megenali Tuhannya (secara dekat) tentu mencintaiNya. Barangsiapa memahami tabiat dunia secara mendalam pasti akan berzuhud dari dunia. orang yang beriman itu tidak bermain-main sehingga lupa diri. Apabila orang mukmin telah merenung, timbul kesedihannya.

Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, di antara makhluk Allah sesungguhnya terdapat makhluk yang tidak mahu diusik oleh urusan syurga dan kenikmatan-kenikmatan lain yang terdapat di dalamnya. JIka demikian, bagaimana masih juga terdapat orang-orang yang disibukkan oleh urusan duniawi.

Dikisahkan, bahawa Nabi Isa as pernah melalui (terjumpa) dengan tiga orang yang badannya kurus , warna kulitnya telah berubah (pucat pasi). Kata Isa as kepada mereka: " Apa yang terjadi pada dirimu hingga keadaanmu seperti itu?" Mereka menjawab: " Kerana kami sangat takut neraka." Nabi Isa as berkata: " Semoga Allah melindungi orang-orang yang takut seperti itu ".

Dalam perjalanan berikuitnya beliau berjumpa dengan tiga orang lagi. Keadaan fizikal orang-orang itu bahkan lebih memprihatinkan, teramat kurus. Kata Nabi Isa as : Apa yang terjadi pada diri kalian sehingga seperti itu?" Mereka menjawab: " Penyebabnya, kerana kami teramat merindukan syurga ". Nabi Isa asa berkata: "Semoga Allah memberikan apa yang kalian harapkan ".

Kemudian Nabi Isa as berjumpa dengan tiga orang lainnya yang keadaan badannya lebih memperihatinkan lagi. Kulit badannya berkedut dan mengalami perubahan yang teramat hebat. Tetapi seakan-akan dari wajahnya memancarkan sinar. Nabi Isa as bertanya: " Apa yang terjadi pada diri kalian sehingga keadaanmu seperti itu? Mereka menjawab: " Kami teramat mencintai Allah Azza wa Jalla ". Nabi Isa as berkata: " Kalian adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah (Antumu al-Muqararrabbuunaa)".

Abdul Wahid bin Zaid berkata, pernah aku berjumpa dengan seseorang yang berdiri tenang di atas bongkah air batu. Aku bertanya: " Apakah merasa kesejukkan?" Ia menjawab: " Kerana aku teramat mencintai Allah, rasa sejuk itu tidak kurasakan ".

Diceritakan dari As-Sirri as-Suqti: " Pada Hari Kiamat umat-umat akan diseru dengan Nabi masing-masing. Misalnya: Hai umat Musa, Hai umat Isa, Hai umat Muhammad, tetapi seruan itu tidak dialami oleh orang-orang yang mencintai Allah SWT. Kerana mereka diseru dengan secara khusus: Hai para wali Allah, kesinilah kalian menghadap Allah SWT seketika itu hati mereka seakan-akan hendak tertanggal disebabkan teramat gembira ".

Haram (menggunakan huruf Ha' maksudnya larangan) bin Hayyan mengatakan: " Orang beriman apabila mengenali Tuhannya secara dekat, dia akan mencintaiNya. Apabila dia mencintaiNya maka dia akan mengadapNya. Apabila dia merasakan manisnya mengadap (mendekati) Allah, maka dia akan malas memperhatikan dunia dengan pandangan syahwat (yakni pandangan yang penuh nafsu rendah), dan dia tidak memandang akhirat dengan pandangan fatrah (letih). Dirinya selalu gundah hidup di dunia dan ingin segera menuju akhirat ".

Yahya bin Mu'adz mengatakan: " Pengampunan Allah sahaja telah menghapus dosa, apatah lagi keredhaanNya. KeredhaanNya bahkan mampu menghilangkan angan-angan kosong. Bagaimana kasih sayangNya? Kasih sayangNya melupakan semua selain Dia. Maka bagaimana kelembutanNya?"

Tersebut dalam sebahagian kitab terdahulu, Allah berfirman:
Wahai hambaKu, Aku dan hakmu untukmu teramat dicintai, maka bersama hakKu kepadamu jadilah untukKu teramat dicintai ".

Yahya bin Mu'adz mengatakan: " Seberat biji sawi berupa kecintaan lebih aku sukai, daripada beribadat selama tujuh puluh tahun tanpa didasari kecintaan ".

Yahya bin Mu'adz mengatakan pula: " Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menempati kefanaanku bersamaMu, selalu memuji sekalipun kecil, Engkau ambil dariku kepadaMu , menggembirakan kecerdasanku dengan mengenaliMu. Engkau memberi tempat kepadaku dari kelembutanMu, Engkau memindahkan ku dalam keadaan-keadaan. Engkau membalikkan aku dalam kesibukan beramal dengan penuh ketakutan, taubat, zuhud, rindu redha dan cinta. Engkau memberikan aku minum dari telagaMu. Engkau membiarkan aku dalam tamanMu sambil menekuni perintah-perintahMu dan mencintai perintah-perintahMu ... Maka bagaimana hari ini aku berpaling dariMu lebih besar, padahal semua ini aku perhitungkan berasal dariMu teramat kecil. Maka selama aku hidup, aku terus mengitariMu dan dengan berendah diri kepadaMu aku terus menerus menyebutyMu. Kerana aku sangat mencintai. Setiap kekasih dengan kekasihnya amat cinta selain dengan kekasihnya dia berpaling ".



Keterangan-keterangan yang membicarakan cinta kepada Allah SWT, banyak dijumpai dari berbagai riwayat Hadis dan atsar, tetapi untuk menterjemahkan maknanya masih tersembunyi.

No comments:

Post a Comment