Thursday, July 22, 2010

Kisah Srikandi Islam [ RABIAH AL ADAWIYAH ]




Rabiah Al Adawiyah adalah seorang mistisi yang sangat tinggi darjatnya dan tergolong kelompok sufi period awal. Ia memperkaya literatur Islam dengan kisah-kisah pengalaman mistiknya dalam sajak-sajak berkualiti tinggi.

Itu sebabnya Rabiah Al Adawiyah lebih dikenal sebagai pendiri agama cinta (mahabbah) dan ia pun dikenang sebagai ibu para sufi besar (The Mother of The Grand Master).

Nama aslinya adalah Raiah Basri tapi lebih dikenal dengan nama Rabiah Al Adawiyah,lahir pada tahun 713 M di Basrah (Irak), dari keluarga yang hina dina. Kedua orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil. Begitu pula ketiga kakaknya, meninggal ketika wabak kelaparan melanda kota Basrah.

Dalam kesendirian itu, akhirnya Rabiah jatuh ke tangan orang yang kejam, yang lalu menjualnya sebagai budak belian dengan harga yang sangat murah. Majikan barunya pun tak kalah bengisnya dibandingkan dengan majikan sebelumnya. Alhamdulillah dia akhirnya dibebaskan.

Setelah bebas, Rabiah pergi ke tempat-tempat sunyi untuk menjalani hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampailah ia di sebuah teratak dekat Basra. Disinilah ia hidup bertapa. Sebuah tikar usang, sebuah kendil dari tanah dan sebuah batu bata, adalah harta yang ia punyai dan teman dalam menjalani hidup kepertapaan.

Praktis sejak saat itu, seluruh hidupnya hanya ia abdikan pada Allah swt. Berdoa dan berdzikir adalah hiasan hidupnya. Terlalu sibuknya mengurus akhirat, ia lalai dengan urusan duniawi, termasuk membangun rumah tangga. Meski banyak pinangan datang, termasuk dari Pemerintah Basra dan seorang suci mistis terkenal, Hasan Basri, Rabiah tetap tak tertarik untuk mengakhiri masa bujangannya. Hal ini ia jalani hingga akhir hayatnya pada tahun 801 M.

Dalam perjalanan kesufian Rabiah Al Adawiyah,kesendirian, kesunyian, kesakitan, hingga penderitaan tampak lebur, fana; ritme heroik menuju cinta kepada Sang Ada (The ultimate being). Tak hairan jika ia merendahkan syahwat-syahwat manusiawi dan mengabdi pada dorongan untuk meraih kesempurnaan tertinggi.

Ia jelajahi ranah mistik, yang jadi wilayah dalam dari agama, hingga mendapatkan eloknya cinta yang tidak dialami oleh kaum Muslim formal.

Menjadi sufi bagi Rabiah Al Adawiyah adalah terlalu dari sekadar Ada menjadi Benar-benar Ada・ Kerana sedemikian dalamnya cintanya pada Allah, Rabiah Al Adawiyah sampai tidak menyisakan sejengkal pun rasa cintanya pada manusia. Syufyan Tsauri,seorang sufi yang hidup semasa dengannya,sempat kehairanan dengan sikap Rabiah. Pasalnya, Sufyah pernah melihat sendiri bagaimana Rabiah Al Adawiyah menolak cinta seorang bangsawan yang kaya raya demi cintanya pada Allah. Dia tidak tergoda dengan kenikmatan duniawi, apalagi harta.

Cinta Rabiah tak dapat disebut sebagai cinta yang mengharap balasan. Justru, yang dia tempuh adalah perjalan mencapai keikhlasan. Sesuatu yang diangap sebagai ladang subur bagi pemuas rasa cintanya yang luas, dan sering tak terkendali tersebut. Lewat sebuah doa yagn mirip syair, ia berujar:

" Tuhanku. Jika aku menyembahMu kerana takut pada api neraka, maka masukkan aku di dalamnya! Dan jika aku menyembahMu kerana tamak kepada surgaMu, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku menyembahMu kerana kecintaanku kepadaMu, maka berilah aku kesempatan untuk melihat WajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu ".

Kendati demikian, pengalaman Rabiah adalah pengalaman orang suci yang sulit ditiru oleh awam. Memahami Rabiah Al Adawiyah sangat sulit. Seperti masa hidupnya, Rabiah tampaknya jauh dari kita. Selain itu, kesempurnaan yang menyertainya tak mungkin dapat ditandingi oleh orang-orang biasa.

Apa yang dilakukan Rabiah dalam hidupnya sebetulnya adalah ikhtiar untuk membiasakan diri Bertemu dengan penciptaNya. Di situlah ia memperoleh kehangatan, kesyahduan, kepastian dan kesejatian hidup. Kerana itu menjadi pemuja Tuhan adalah obsesi Rabiah Al Adawiyah yang tidak pernah mengenal tepi dan batas. Tak hairan jika dunia yang digaulinya bebas dari perasaan benci. Seluruh hidupnya telah diberikan untuk sebuah cinta.

Rabiah Al Adawiyah wafat dengan meninggalkan pengalaman sufistik yang tak terhingga artinya. Hikmah yang ditinggalkan sangat berharga dan patut kita gali sebagai makrifat hidup. Menarik kita semak salah satu doa Rabiah yang dipanjatkan pada waktu larut malam, di atas atap rumahnya:

" Oh Tuhanku, bintang-bintang bersinar gemerlapan, manusia telah tidur nyenyak, dan raja-raja telah menutup pintunya. Tiap orang yang bercinta sedang asyik-masyguk dengan kesayangannya, dan disinilah aku sendirian bersama Engkau ".

Maha Suci Allah.

No comments:

Post a Comment